У нас вы можете посмотреть бесплатно Bagian или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
#sejarahkerajaan #pajajaran #cirebon #banten #sundagaluh #tembongagung #sumedanglarang cuplikan buku #yuganing_rajakawasa #sejarah_kerajaan_di_jawa_barat oleh Drs. #yoseph_iskandar Iskandar, terbitan #cv_geger_sunten - #bandung_1997 Pada bagian ke 172 ini, diceritakan bahwa tercapailah kesepakatan, sehingga Sultan Ageng Tirtayasa menobatkan ketiganya menjadi penguasa Cirebon, yaitu : 1. Pangeran Martawijaya, menjadi Sultan Kasepuhan dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin berkuasa antara tahun 1679 - 1697, berarti selama 18 tahun. 2. Pangeran Kartawijaya, menjadi Sultan Kanoman dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin berkuasa antara tahun 1679 – 1723, berarti selama 44 tahun. 3. Pangeran Wangsakerta, menjadi Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati berkuasa antara tahun 1679 – 1713, berarti selama 34 tahun. Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan Cirebon bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya Mas Rasmi Karim ini dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, karena keduanya dilantik di Kesultanan Banten. Sedangkan Banten masa pemerintahan kakek dan ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa, sudah mendapatkan pengesyahan gelar Sultan dari penguasa Utsmaniyah Sultan Mehmed IV yang diserahkan oleh Syarif Makkah Zaid bin Muhsin pada tahun 1638 kepada Pangeran Abul Mafakhir dan putra mahkota Abu al-Ma'ali Ahmad sebagai sultan muda saat itu. Sementara itu Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi sultan melainkan sebagai Panembahan, berarti tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri, akan tetapi berdiri sebagai Keprabon (Paguron), yaitu tempat belajar para intelektual keraton kesultanan Cirebon yang bertempat di keraton Pakungwati. Adanya Keprabon atau Paguron ini meneruskan tradisi para leluhur Sunda yang setiap kerajaan itu memiliki Mandala atau Kabuyutan yang fungsinya sama dengan Keprabon, seperti pada masa kemaharajaan Pajajaran.