Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео




Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru



CUNTAKA

   • CUNTAKA   #CuntakanBerisiSejumlahLarang #CuntakanAkibatDiriSendiri #CuntakaDisebabkanOlehOrangLain Cuntaka adalah keadaan tidak suci sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas religi seperti memasuki tempat suci, melakukan ritual, menghaturkan sesajen, dan aktifitas lainnya yang berhubungan dengan kesucian. Cuntaka karena diri sendiri antara lain: 1) Datang bulan (haid) 2) Akibat keguguran kandungan (kruron) atau melahirkan. Disamping karena kematian, cuntaka dapat terjadi akibat berlangsungnya upacara perkawinan yang dialami oleh kedua mempelai sebelum dibersihkan dengan upacara penyucian (malapĕh). Cuntaka lainnya juga disebabkan oleh selingkuh (mitra ngalang ) dan berhubungan badan dengan orang tua, anak atau saudara kandung (Agamya gemana); dan cuntaka yang diakibatkan melakukan Sad Atatayi (Agnida (membakar milik orang lain, Wisada meracuni orang lain, Atharwa (melakukan ilmu hitam untuk membunuh orang lain, Sastraghna (mengamuk yang menyebabkan kematian orang lain); Dratikrama (memperkosa sehingga membuat orang lain kehilangan kehormatan); dan Rajapisuna (suka memfitnah sampai mengakibatkan kematian orang). Ruang lingkup cuntaka adalah areal yang terdampak akibat pengaruh cuntaka baik untuk pekarangan, benda, binatang dan manusia yang ada di sekitar areal peristiwa cuntaka, karena dari macam cuntaka terkadang dalam pelaksanaannya atau implentasinya menjadi berbeda antar desa di Bali. Seperti dalam lontar Cuntaka Graha Mantra, terdapat penjelasan yang hampir sama dengan yang disebutkan di dalam lontar Catur Cuntaka mengenai ruang lingkup cuntaka yaitu: “Apabila cuntaka akibat dari kematian salah satu keluarga dalam tunggal pasidikaran (persembahyangan), maka seluruh keluarga penyungsung pura tersebut kena cuntaka. Dalam Kitab Manawa Dharmasastra, juga dijelaskan bahwa cuntaka karena kematian dapat menyebabkan keluarganya kena cuntaka. Sedangkan dalam lontar Catur Cuntaka dan Pawangun Kahyangan disebutkan, apabila seorang pendeta brahmana meninggal atau seorang Nabe kerohanian meninggal, maka pendeta sisyanya termasuk seluruh sisyanya cuntaka juga. Selain itu juga lontar Catur Cuntaka menyinggung mengenai alat – alat upacara yang terkena dampak kacuntakan, disebutkan sebagai berikut: Mwah yan kewanten wadah layon, sawa, wangke, asti, tulang, awu, tumpang salu, bandusa, tekaning anggawa anggon – anggon prateka upakara, sane sekala raket ring layon, sawa, wangke, lwirniya, kajang, rurub, ukur, kwangi pengerekan, angenan, pancarengga, ran tasan, damar kurung, benang penuntun sawa, tetukon, panjang, geganjaran, cegceg. yeka pateh makasih pada kehanan cuntaka, nanging sadina purna, maka sadanan ya adyus, akajamas dulurana thirta". Artinya : Dan bila ada wadah layon, sawa, wangke, asti, tulang, arang, abu, tumpeng salu, bandusa, sampai pada segala perlengkapannya daripada alat – alat upacara atiwa – tiwa yang jelas termasuk perlengkapan serta melekat pada jenasah, seperti : kajang, rurub, kwangi pengerekaan, angenan, pancarengga, rantasan, damar kurung, benang penuntun sawa, cegceg, tetukon, panjang, geganjaran, itu sama – sama cuntaka, namun sehari saja hilang letehnya, dengan sarana adyus, akajamas serta dilengkapi dengan tirtha. Masa Cuntaka Dalam lontar Catur Cuntaka ada disebutkan “Brahmana dasa ratrena, Dwadasa ratrya bhumijah, Waisya panca dasa ratriyam, Sudra sena suddhyate” Artinya : Seorang Brahmana akan suci kembali setelah sepuluh hari, seorang kesatriya setelah 12 hari, wesya setelah 15 hari dan sudra akan suci kembali setelah satu bulan. Kemudian guna menghindari multi tafsir, maka Parisada Hindu Dharma Pusat telah menetapkan garis – garis atau pedoman untuk mewujudkan keseragaman dan tuntuanan kepada masyarakat khususnya masyarakat Hindu dalam penetapan ruang lingkup serta masa cuntaka. Sarana yang tergolong dalam upakara penyucian yaitu beakawonan, durmanggala, pedudusan dan caru. Penggunaan sarana banten dipengaruhi oleh keadaan atau besar kecilnya tingkat cuntaka yang hendak disucikan. Seperti contoh tingkatan yang terkecil ada di sebutkan dalam Manawa Dharmasastra V. 109 “Adbhirgatrani çuddhayanti manah satyane çuddhayati, widyatapobhyambhutatma budhir jnanena çuddhayati yang Artinya: “Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata kecerdasan dengan pengetahuan yang benar. Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu. Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe https://www.youtube.com/channel/UCB5R Facebook: www.facebook.com/yudhatriguna Instagram:   / yudhatrigunachannel  

Comments