Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео


Скачать с ютуб Tradisi Lisan I SYEKH MANSYURUDDIN CIKADUEUN I Kabupaten Pandeglang, Banten в хорошем качестве

Tradisi Lisan I SYEKH MANSYURUDDIN CIKADUEUN I Kabupaten Pandeglang, Banten 8 месяцев назад


Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru



Tradisi Lisan I SYEKH MANSYURUDDIN CIKADUEUN I Kabupaten Pandeglang, Banten

Cerita rakyat yang berhubungan dengan Islamisasi di Banten salah satunya adalah cerita Syekh Maulana Mansyuruddin. Menurut tutur pitutur Sang syekh adalah salah seorang yang menyebarkan agama Islam di derah Banten Selatan. Dengan peninggalannya berupa Batu Qur’an yang sekarang banyak berdatangan wisatawan untuk berzirah atau untuk mandi di sekitar patilasan, karena disana ada kolam pemandian yang ditengah kolam tersebut terdapat batu yang bertuliskan Al-Qur’an. Syekh Maulana Manshuruddin berdasarkan riwayat memiliki banyak nama panggilan semasa hidupnya. Syekh Maulana Manshuruddin merupakan salah satu Aulia yang melakukan penyebaran Agama Islam di Kabupaten Pandeglang. Salah satu jejaknya yang saat ini ramai dikunjungi yaitu Makam Keramat Syekh Maulana Manshuruddin di Desa Cikaduen, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Dalam perjalanan menyiarkan Islam beliau sampai ke daerah Cikoromoy lalu menikah dengan Nyai Sarinten (Nyi Mas Ratu Sarinten) dalam pernikahannya tersebut beliau mempunyai putra yang bernama Muhammad Sholih yang memiliki julukan Kyai Abu Sholih. Setelah sekian lama tinggal di daerah Cikoromoy terjadi suatu peristiwa dimana Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal terbentur batu kali pada saat mandi, beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya, akibat peristiwa tersebut maka Syekh Maulana Mansyuruddin melarang semua keturunannya yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang panjangnya seperti Nyi mas Ratu Sarinten. Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di pasarean Cikoromoy Cimanuk Pandeglang. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten lalu Syekh Maulana Mansyur pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan membawa Khodam Ki Jemah lalu beliau menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan Pandeglang dan mempunyai dua putra. Pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur menyebarkan syariah agama islam di daerah selatan ke pesisir Laut Kidul Banten, di dalam perjalanannya di tengah hutan belukar Pakuwon Mantiung Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar bersama khodamnya Ki Jemah, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang memberi hormat, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus, hingga kampung itu disebut Kampung Waru Condong. Ketika Syekh sedang beristirahat di bawah pohon waru beliau mendengar suara keras harimau yang berada di pinggir laut Pesisir Binuangeun. Ketika Syekh menghampiri ternyata kaki harimau tersebut terjepit kima (Tridacna adalah genus kerang-kerangan berukuran besar penghuni perairan laut), setelah itu harimau melihat Syekh Maulana Mansyur yang berada di depannya, melihat ada manusia di depannya harimau tersebut pasrah bahwa ajalnya telah dekat, dalam perasaan putus asa harimau itu mengaum kepada Syekh Maulana Mansyur maka atas izin Alloh SWT tiba-tiba Syekh Maulana Mansyur dapat mengerti bahasa binatang, Syekh Mansyuruddin mengerti terhadap keinginan harimau tersebut terus harimau itu didekati sambil dinasihati atau wasiati (diberi janji). Mau kamu saya diselamatkan, tapi ingat saya minta kamu dan anak buah kamu berjanji jangan sampai mengganggu anak cucu semua keturunan saya đan ke orang-orang yang nyebut nama saya. Harimau itu mengerti dan menyanggupi terhadap perjanjian itu, atas izin Alloh pulalah, dan melalui karomahnya beliau kima yang menjepit kaki harimau dapat dilepaskan, lalu harimau Itu selamat. Harimau tersebut akhirnya diberikan kalung surat Yasin di lehernya dan diberi nama Raden Tempang Langlang Buana atau si Pincang atau Kibuyut Kalam. Sepulangnya dari Banten Kidul tersebut Syekh Mansyuruddin kembali menetap di Cikadueun. Terus menerus mengajarkan syariat agama Islam di sekitar Banten hingga wafatnya di Cikadueun. Dimakamkan di Cikadueun, sampai sekarang Syekh Mansyuruddin atau Syekh Masyhur dikenal di seluruh lapisan masyarakat. 👥 more info: @perpushalwany, @bantenologi5007, @balaipelestariankebudayaan9932 #sejarahbanten #tradisilisan #tuturpitutur #syekhmansyuruddin #syekhmansur #cikadueun #kabupatenpandeglang #banten #budayabanten #wisatabanten #budayaindonesia #jejaksejarahbanten #jagawarisankita

Comments