У нас вы можете посмотреть бесплатно Sejarah kerajaan goa dan talo. или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
Pembahasan lebih lanjut... Munculnya kerajaan Makassar tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kerajaan Gowa dan Tallo. Jika ditinjau dari sisi historisnya, kerajaan Makassar terbentuk dari gabungan dua kerajaan tersebut yaitu Gowa dan Tallo. Terbentuknya kerajaan Gowa sendiri diawali dengan adanya sembilan komunitas kesukuan (Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalli). Sembilan komunitas itu dikemudian hari lebih dikenal dengan nama Bate Salapang (sembilan bendera). Pada perkembangannya Bate Salapang menjadi pusat kerajaan Gowa. Kesembilan komunitas itu melalui berbagai cara, baik secara damai atau paksaan akhirnya bergabung menjadi satu untuk memilih seorang pemimpin yang mempunyai tugas mengatur hubungan antar komunitas. Untuk menjalankan tugas itu maka Tumanurung bersama suaminya Karaeng Bayo ditunjuk untuk memimpin Gowa. Bahkan menurut tradisi Gowa, Tumanurung dianggap sebagai pendiri istana Gowa. Dalam tahun-tahun berikutnya muncul kedekatan hubungan antar Gowa dan Tallo. Tallo sendiri merupakan kerajaan yang letaknya berbatasan dengan Gowa dan selalu ingin bersatu dengan Gowa, sehingga sering disebut sebagai kerajaan kembar. Adanya kedekatan hubungan ini menyebabkan Karaeng Gowa ke-9 yakni Tumapa’risi’ Kallonna yang memerintah pada awal abad ke-16, berinisiatif untuk menggabungkan kedua kerajaan menjadi satu nama kerajaan, yaitu kerajaan Makassar. Pemberian nama Makassar diambil berdasarkan letak pusat kerajaan yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan. Walaupun ada pendapat yang menyatakan bahwa pusat kerajaan Makassar terletak di Sombaupu. Bersatunya kerajaan Gowa dan Tallo bersamaan pula dengan proses Islamisasi di Sulawesi Selatan. Islam mulai memasuki daerah Sulawesi Selatan setelah kerajaan Makassar kedatangan ulama dari Sumatra yang bernama Datu’ Ri Bandang, dan Datu’ Sulaeman. Setelah kedatangan para ulama itu kerajaan Makassar memperoleh sebutan kesultanan Makassar di tahun 1605. Pemimpin Makassar pada masa itu adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbi yang dibantu oleh I Malling Kaang yang lebih dikenal dengan nama Karaeng Matoaya dari Tallo. Setelah menjadi muslim, gelar yang di sandang oleh Daeng Manrabbi adalah Sultan Alauddin (1591-1638), sementara gelar untuk Karaeng Matoaya adalah Sultan Abdullah yang dipercaya sebagai patih kerajaan Makassar. Terdapat catatan menarik dalam proses masuknya Islam di Sulawesi Selatan, bahwa sebelum raja memeluk Islam, sudah ada orang Islam sebagai pedagang di Gowa jauh sebelum itu. Ketika utusan Portugis datang ke Gowa pada tahun 1540, mereka telah mendapati beberapa orang slam berdiam di Gowa, tetapi mereka datang dari daerah lain. Laporan dari orang Portugis ini mungkin saja benar, mengingat setelah Malaka direbut Portugis pada tahun 1511, banyak pedagang lain melarikan nasibnya ke daerah lain, di antaranya ke Makassar.