Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео


Скачать с ютуб MENOLAK SIFAT ALLAH DENGAN AKAL, Nasehat Ustadz Firanda Andirja Hafizahullah в хорошем качестве

MENOLAK SIFAT ALLAH DENGAN AKAL, Nasehat Ustadz Firanda Andirja Hafizahullah 2 недели назад


Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru



MENOLAK SIFAT ALLAH DENGAN AKAL, Nasehat Ustadz Firanda Andirja Hafizahullah

MENOLAK SIFAT ALLAH DENGAN AKAL, Nasehat Ustadz Firanda Andirja Hafizahullah #ustadzfirandaandirja Keyakinan yang Benar Mengenai Nama dan Sifat Allah Ada beberapa i’tiqod (keyakinan) yang seharusnya menjadi pegangan dan keyakinan seorang muslim mengenai asma’ wa shifat (nama dan sifat Allah). Sebagaimana disebutkan oleh Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni rahimahullah dalam kitab Aqidah Al Wasithiyah, beliau rahimahullah menyatakan: ومن الإيمان بالله الإيمان بما وصف به نفسه في كتابه وبما وصفه به رسوله محمد صلى الله عليه و سلم من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل بل يؤمنون بأن الله سبحانه ليس كمثله شيء وهو السميع البصير “Di antara bentuk iman kepada Allah adalah beriman kepada apa yang Allah sifatkan pada diri-Nya sendiri dalam Al Qur’an dan apa yang Rasul-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sifatkan tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil. Akan tetapi, mereka (Ahlus Sunnah) itu beriman bahwa tidak ada yang semisal dengan Allah dan Allah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.”[1] Mengenai pernyataan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni di atas juga kita jumpai dalam perkataan ulama lainnya. Imam Ahmad bin Hambal –rahimahullah- mengatakan, لَا يُوصَفُ اللَّهُ إِلَّا بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ ، أَوْ وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ ، لَا يُتَجَاوَزُ الْقُرْآنُ وَالْحَدِيثُ “Allah tidaklah disifati kecuali dengan apa yang Allah sifatkan pada diri-Nya sendiri atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya. Hendaklah tidak mensifati Allah selain dari Al Qur’an dan Al Hadits.”[2] Dalam pernyataan di atas yang tentu saja hasil dari penelitian dan penyimpulan Al Qur’an dan As Sunnah, kita dapat mengatakan bahwa i’tiqod yang mesti diyakini seorang muslim adalah sebagai berikut. Pertama: Hendaklah seseorang menetapkan nama bagi Allah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya dan ditetapkan oleh Rasul-Nya melalui lisannya. Kedua: Penetapan nama dan sifat Allah di sini tanpa melakukan tahrif dan ta’thil serta tanpa melakukan takyif dan tamtsil. Tahrif adalah menyelewengkan makna nama atau sifat Allah dari makna sebenarnya tanpa adanya dalil. Seperti mentahrif sifat mahabbah (cinta) bagi Allah menjadi irodatul khoir (menginginkan kebaikan). Ta’thil adalah menolak nama atau sifat Allah. Seperti menolak sifat tangan bagi Allah. Takyif adalah menyebutkan hakekat sesuatu tanpa menyamakannya dengan yang lain. Seperti menyatakan panjang tangannya adalah 50 cm. Takyif tidak boleh dilakukan terhadap sifat Allah karena Allah tidak memberitahukan bagaimana hakekat sifat-Nya dengan sebenarnya. Tamtsil adalah menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk. Seperti menyatakan Allah memiliki tangan dan sama dengan tanganku. Keempat hal ini terlarang dalam mengimani nama dan sifat Allah. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy Syura: 11) Ayat, لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia” adalah bantahan terhadap orang yang melakukan takyif dan tamtsil, yaitu yang menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk atau menyebutkan hakekat sifat Allah padahal yang mengetahuinya hanyalah Allah. Sedangkan ayat, وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat” adalah bantahan untuk orang yang melakukan tahrif dan ta’thil. Karena dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Allah memiliki sifat mendengar dan melihat. Makhluk pun memiliki sifat mendengar dan melihat, namun tentu saja kedua sifat Allah ini berbeda dengan makhluk. Oleh karenanya, kedua sifat tersebut tidak boleh ditahrif (diselewengkan) maknanya dan tidak perlu dita’thil (ditolak maknanya). Sebagaimana hal ini juga berlaku untuk sifat-sifat Allah lainnya Tag allah maha mendengar, takwil sifat allah, inilah alasan mengapa allah menciptakan manusia, sifat 20 allah, alasan allah menciptakan manusia, allah mengazab nafsu, doa yang dilarang allah, allah berbicara dengan nabi musa, perbincangan allah dengan nafsu, akal adalah, hadits tentang akal, mendengar pemerintah, fungsi akal dalam islam, pengertian akal, takwil ayat sifat, allah melihat kita, akal menurut al quran, allah di atas, Nasehat Ustadz Firanda Andirja, ceramah ustadz Firanda, Firanda Andirja, kajian ustadz Firanda Andirja, syaikh sulaiman ar ruhaili, akhirat, firanda andirja, ustadz firanda, firanda, firanda andirja terbaru, ustadz firanda andirja, kajian, kajian islam, religius, religi, kajian salaf, islam, kajian sunah, majelis ilmu, yufid.tv, yufid, rodja, rodja tv, wahabi, iblis, kajian sunnah, kajian ustadz firanda terbaru, syifa tv, kitab tauhid, kajian tauhid, tauhid, Sunnah, Manhajsalaf, kajian Islam, ahlisunnah, #manhajsalaf #dakwahtauhid #Nasehatustadzfiranda #ustadzfirandaandirja #firandaandirja #kajiansalaf #kajiansunnah #hijrah #pemudahijrah #salafi #sunnah #tauhid #ahlussunnah #hadist #yukngaji #ngajisalaf #manhaj #postersunnah #mediasunnah

Comments