У нас вы можете посмотреть бесплатно Sarat Sejarah Tonggak Perkembangan Buddha di Indonesia, Vihara 2500 Jayanti Dipugar или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
TRIBUN-VIDEO.COM - Siapa sangka, di Kota Semarang terdapat Vihara yang menjadi tonggak bersejarah perkembangan agama Buddha di Indonesia. Vihara tersebut yakni Vihara 2500 Buddha Jayanti. Berlokasi di atas bukit Wungkal Kasap Pudakpayung Banyumanik Kota Semarang. Untuk mencapai ke lokasi Vihara tersebut, akses jalan terdekat dapat ditempuh melalui Vihara Buddha Dipa di Kelurahan Pakintelan, Gunungpati. Tribunjateng.com bersama bhikkhu dan ditemani calon bhikkhu serta tiga orang warga setempat menuju ke lokasi tersebut, Jumat (28/8/2020) siang. Perjalanan ke Vihara 2500 Buddha Jayanti pada siang itu sekaligus mengantar bhikku untuk meditasi menyambut bulan purnama Jumat (28/8/2020) malam. Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki menuruni bukit di alas Kasap yang masih tampak rimbun. Terdapat turunan tajam dengan kontur berundak-undak yang harus dilewati. Sebelum sampai di tempat itu, dari bawah sudah terlihat dua bendera berkibar. Satu bendera dengan posisi lebih tinggi masing-masing bendera merah putih dan satunya bendera Buddhis. Setelah hampir menempuh perjalanan selama 30 menit, rombongan sampai di Vihara 2500 Buddha Jayanti. Vihara tersebut sebenarnya tinggal reruntuhan. Terutama di sisi utara yang masih tampak kokoh bangunan bekas dinding. Di bekas bangunan itu menjulang pohon Amplas setinggi hampir 10 meter dengan akar-akar tak kalah kokoh yang memeluk tembok bekas vihara itu. Sesampainya di tempat itu, rombongan sejenak memilih istirahat. Seduhan kopi panas dan teh panas segera menemani waktu melepas lelah. Kendati bukan warga asli Pakintelan, Daryono mengetahui dulunya Vihara 2500 Buddha Jayanti saat mangkrak kayu bangunannya sempat dicuri. Namun aksi pencurian tersebut terungkap dan pelakunya berhasil ditangkap polisi. "Di Vihara ada juga patung Buddha dari Myanmar, patung tersebut saat ini sudah berada di Vihara Buddha Dipa di Pakintelan," tuturnya. Pengasuh Vihara Buddha Dipa Pakintelan, Samanera Dhammatejo Wahyudi mengatakan, Vihara 2500 Buddha Jayanti diresmikan menjelang Tri Suci Waisak 1959. Namun lantaran adanya dinamika di organisasi agama Buddha mulai Oktober 1964 Vihara 2500 Buddha Jayanti kosong ditinggalkan. Bentuk Vihara saat ini tentu berbeda dengan yang ada pada waktu dahulu. Waktu awal dibangun, bentuk bangunan memiliki luas 10 meter x 20 meter. Sekarang tinggal seluas sekira 6 meter x 4 meter. "Luas bangunan menyempit akibat tanah longsor, kini tinggal pondasi saja," bebernya. Sebelumnya, vihara yang berada di atas bukit Wungkal Kasap berada di tengah sungai Kaligarang. Bukit Wungkal Kasap dulunya terpisah dengan perbukitan di sekitarnya. Lantaran faktor alam berupa tanah longsor, aliran sungai sudah tidak terbelah seperti saat ini dan bukit Wungkal Kasap menyatu dengan perbukitan di sisi utaranya. "Bangunan yang berada di tengah hutan ini sempat mangkrak, rubuh, ambruk dan tidak pernah ada kegiatan puja bakti atau kegiatan bernafas agama Buddha lagi," kata Wahyudi. Menurutnya, warga Buddha Desa Pakintelan kini bermaksud membersihkan sekaligus merawat bekas reruntuhan Vihara. Hal ini dimulai Mei 2020, hampir seluruh umat Buddha bergotong royong untuk membersihkan semak belukar yang menutupi bangunan Vihara. Sesudah kerja bakti selama hampir dua bulan, akhirnya Vihara dapat digunakan kembali untuk kegiatan agama Buddha. Di antaranya puja bakti dan samadhi, penahbisan samanera sementara serta puja bakti ajeg di bulan purnama. "Umat Buddha Desa Pakintelan juga melakukan iuran untuk membeli bahan bangunan berupa paving agar tempat itu lebih nyaman digunakan," jelasnya. Ia menegaskan, pemugaran yang dilakukan umat Buddha bukan dengan mendirikan bangunan. Melainkan hanya meratakan tanah dan merapikannya dengan paving block. Tujuannya agar nyaman dan aman untuk duduk puja bakti dan meditasi. Pemugaran yang dilakukan umat Buddha itu sifatnya hanya merawat-memelihara tinggalan leluhur. Tidak ada maksud dari umat Buddha Desa Pakintelan untuk menguasai atau memiliki hak atas tanah bekas Vihara 2500 Buddha Jayanti. "Sejauh ini akan seperti itu, kami tidak akan merevitalisasi, kami tidak berani. Sebab status tanah masih diperdebatkan antar beberapa pihak, maka kami tidak ingin melanggar hukum," katanya. (Iwn). Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Vihara 2500 Jayanti Dipugar, Sarat Sejarah Tonggak Perkembangan Buddha di Indonesia, https://jateng.tribunnews.com/2020/08.... Penulis: iwan Arifianto Editor: m nur huda