Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео


Скачать с ютуб Wisata dan Sejarah Yogyakarta в хорошем качестве

Wisata dan Sejarah Yogyakarta 4 дня назад


Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru



Wisata dan Sejarah Yogyakarta

Sejarah Tugu Jogja: Simbol Filosofi dan Perjuangan Tugu Jogja, atau Tugu Pal Putih, adalah salah satu ikon paling terkenal dari Kota Yogyakarta. Dibangun pada tahun 1755, tugu ini memiliki nilai sejarah dan filosofi yang mendalam, merepresentasikan semangat perjuangan dan kebersamaan masyarakat Yogyakarta. Awal Pembangunan Tugu Jogja didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kesultanan Yogyakarta. Pada awalnya, tugu ini berbentuk silinder setinggi 25 meter dengan puncak berbentuk bulat. Tugu ini berfungsi sebagai simbol spiritual yang menggambarkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Tugu ini juga berfungsi sebagai titik sumbu imajiner yang menghubungkan Laut Selatan, Kraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Peristiwa Gempa 1867 Pada tahun 1867, gempa besar melanda Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan parah, termasuk runtuhnya Tugu Jogja. Setelah kejadian tersebut, tugu ini mengalami rekonstruksi oleh pemerintah kolonial Belanda, namun dengan bentuk yang berbeda dari aslinya. Tugu yang semula berbentuk silinder tinggi, diubah menjadi lebih pendek, sekitar 15 meter, dengan puncak berbentuk kerucut dan dasar berbentuk persegi. Bentuk baru ini dikenal sebagai "Tugu Pal Putih" karena cat putih yang melapisi seluruh tugu. Filosofi Tugu Jogja Selain berfungsi sebagai monumen kota, Tugu Jogja memiliki makna filosofis mendalam yang terkait dengan konsep *manunggaling kawula gusti*, yaitu persatuan antara raja dan rakyat, serta harmoni antara manusia dan Tuhan. Letaknya yang berada di poros antara Laut Selatan, Kraton, dan Gunung Merapi, mengandung makna simbolik keseimbangan alam semesta. Perubahan dan Pelestarian Hingga kini, Tugu Jogja tetap menjadi ikon yang erat dengan identitas Yogyakarta. Setiap kali ada peristiwa penting, seperti peringatan hari besar atau acara kebudayaan, Tugu Jogja menjadi pusat perhatian, dikunjungi oleh wisatawan dan masyarakat lokal. Meskipun bentuknya sudah tidak lagi seperti aslinya, Tugu Jogja terus berdiri kokoh sebagai simbol kebanggaan dan kekuatan masyarakat Yogyakarta. Tugu Jogja bukan hanya sekadar bangunan, melainkan juga lambang sejarah, budaya, dan filosofi yang mendalam, mewakili perjalanan panjang Yogyakarta dari masa ke masa. "Malioboro, jantungnya Yogyakarta yang tak pernah tidur. Dipenuhi oleh jejak sejarah, seni, dan keramaian, setiap sudutnya menyimpan cerita yang selalu membuat rindu untuk kembali." Sejarah Malioboro: Denyut Nadi Yogyakarta Malioboro adalah nama yang tak terpisahkan dari Kota Yogyakarta. Jalan ini merupakan pusat keramaian dan wisata yang selalu hidup, dikenal dengan jejak sejarahnya yang panjang dan kental akan budaya. Sejak awal berdirinya, Malioboro telah menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perkembangan Yogyakarta, baik sebagai kota budaya, perjuangan, maupun perdagangan. Awal Mula Pendirian Nama "Malioboro" diperkirakan berasal dari bahasa Sansekerta "Malyabhara" yang berarti "berhiasan karangan bunga." Ada juga yang berpendapat bahwa nama ini diambil dari nama seorang kolonial Inggris, Marlborough, yang pernah tinggal di kawasan tersebut selama pendudukan Inggris pada awal abad ke-19. Jalan Malioboro mulai dikenal sejak Kesultanan Yogyakarta berdiri pada tahun 1755. Pada masa itu, Malioboro merupakan jalan penghubung antara Keraton Yogyakarta, Tugu Jogja, dan Gunung Merapi. Malioboro menjadi salah satu poros penting dari tata kota Yogyakarta yang menggambarkan konsep kosmologi Jawa. Jalan ini merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Keraton, Laut Selatan, dan Gunung Merapi, yang memiliki makna filosofis tentang keseimbangan dan harmoni alam. Malioboro Masa Kini Saat ini, Malioboro telah bertransformasi menjadi pusat wisata dan budaya. Suasana di Malioboro selalu hidup, baik siang maupun malam, dengan berbagai aktivitas seni jalanan, musik, dan pameran budaya yang sering digelar di kawasan ini. Pemerintah kota juga terus melakukan upaya revitalisasi untuk mempertahankan warisan sejarah Malioboro sekaligus menambah kenyamanan bagi pengunjung. Penataan pedestrian yang lebih luas, fasilitas umum yang lebih baik, serta penataan pedagang kaki lima dilakukan untuk menjaga Malioboro sebagai kawasan wisata yang bersih dan tertib. Filosofi Malioboro Malioboro bukan hanya sekadar jalan biasa, tetapi juga cerminan kehidupan masyarakat Yogyakarta. Jalan ini menggambarkan keterbukaan, keramahan, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa. Di sepanjang jalan ini, interaksi antara penduduk lokal, wisatawan, dan pedagang menciptakan dinamika kehidupan yang unik dan harmonis. Dengan kekayaan sejarah, budaya, dan fungsinya sebagai pusat keramaian, Malioboro akan selalu menjadi denyut nadi Kota Yogyakarta. Malioboro bukan sekadar destinasi, tetapi juga perjalanan sejarah yang mengikat erat identitas Yogyakarta dari masa ke masa. #kulinerjogja #pesonawisatajogja #paketwisatajogja #paketwisatamurahjogja #wisatajogja #destinasijogja #tugujogja #wisata

Comments