У нас вы можете посмотреть бесплатно Pangempon Hampir 1600 Umat Hindu! Pura Megah ini Menjadi Tempat Perayaan Siwaratri di Banyuwangi! или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
Terletak di Desa/Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) menjadi salah satu pura besar, selain Pura Belambangan, Alas Purwa. Pura dengan pangempon hampir 1.600 umat Hindu ini menjadi tempat perayaan malam Siwaratri di Banyuwangi. Pura ini berjarak sekitar 40 kilometer (km) dari Kota Banyuwangi. Posisinya persis berada di areal permukiman penduduk. Hanya saja, posisi pura berada di areal yang lebih tinggi. Keberadaan pura ini ditandai dengan Candi Bentar yang menjulang tinggi. Areal Pura Giri Purwo Waseso tergolong luas, sekitar setengah hektare lebih. Pura ini juga memiliki areal parkir untuk kendaraan pamedek yang cukup tertata dan sudah dipasangi paving. Seperti pura pada umumnya, pura ini memiliki tri mandala. Di areal nista mandala dibatasi dengan Candi Bentar dengan arsitektur Bali. Patung Dwarapala yang dibalut kain putih hitam (poleng) menjadi penanda area antara nista mandala dengan madya mandala. Areal selanjutnya adalah madya mandala. Posisinya lebih tinggi dari nista mandala. Pamedek harus melalui sejumlah anak tangga untuk mencapai areal ini. Di madya mandala, pamedek bisa melihat sejumlah bangunan, di antaranya bale gong dan wantilan. Halaman di madya mandala sangat tertata. Di sana tampak rumput hijau yang menambah keindahan serta kesejukan, ditambah dengan Kori Agung yang menjulang tinggi menjadi pembatas antara madya mandala dengan utama mandala menambah keindahan pura ini. Kemudian untuk memasuki areal utama mandala, pamedek juga harus menaiki sejumlah anak tangga. Areal ini ditandai dengan keberadaan pohon beringin besar yang usianya sudah puluhan tahun. Konon pohon ini ditanam sekitar 1965-an. Pohon beringin yang besar tersebut dibalut kain poleng. Diameternya juga mencapai 1,5 meter. Selain itu, suasana terasa semakin khusyuk dan tenang dengan keberadaan pohon beringin besar ini. Di areal utama mandala terdapat bangunan utama yakni Palinggih Padmasana. Tingginya sekitar 9 meter. Ukirannya mengadopsi konsep ukiran Bali. Selain itu, ada sejumlah palinggih lain di areal tersebut. Romo Mangku Selamat, pamangku di pura itu menceritakan, Pura Giri Purwo Waseso dibangun dengan pertimbangan jumlah umat Hindu di Banyuwangi yang terus bertambah. Khususnya di Kecamatan Purwoharjo. Ia menceritakan sekitar tahun 1965 ada inisiatif dan musyawarah dari para tetua untuk membangun pura di kawasan ini. Lahan tempat berdirinya pura merupakan hibah oleh seorang umat Hindu. “Saat itu, saya masih muda. Tetapi ikut juga gotong royong membangun pura. Memang dananya berasal dari berbagai donatur. Pembangunannya bertahap,” kata Romo Mangku Selamat didampingi Ketua PHDI Kecamatan Purwoharjo, Tar Mujianto. Meski tidak tahu secara pasti, namun dirinya meyakini, dipilihnya lokasi tersebut bukan tanpa alasan. Selain posisinya yang lebih tinggi dari permukiman penduduk, areal itu konon diyakini ada pawisik yang diterima oleh para pendahulunya. Pembangunan pura ini dibantu oleh arsitek dari Bali. Pondasi pura dibangun sejak tahun 1994. Kemudian tuntas tiga tahun berikutnya. Selanjutnya dilaksanakan upacara melaspas. “Kami sedari awal didampingi oleh Ida Pedanda Sebali Tianyar Arimbawa. Beliau dulu sering ke sini,” jelasnya. Sejak dibangun pura tersebut kian ramai didatangi pamedek. Mereka tidak hanya datang dari wilayah Banyuwangi. Tetapi juga dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, termasuk juga dari Bali. Pujawali di pura ini dilaksanakan saat Purnama Sasih Kasa. Sarana dan prasarana pujawali disiapkan oleh pengempon pura. “Pujawalinya nyejer selama tiga hari. Kami ngayah bersama sama selama proses pujawali,” katanya. Romo Mangku Selamat menegaskan, pura itu biasa menjadi tempat perayaan Siwaratri bagi umat Hindu di Kecamatan Purwoharjo. Prosesi dipersiapkan mulai dari matur piuning, penyucian hingga malam renungan Siwaratri. Persembahyangan bersama diikuti oleh umat seluruh kecamatan Purwoharjo. Upacara ini dilaksanakan pada siang hari dengan menghadirkan umat dari beberapa daerah. Sedangkan pada malam harinya dilaksanakan malam renungan suci, termasuk pemujaan kepada Dewa Siwa sebagai Dewa yang dipuja pada saat malam Siwaratri. Suasana makin hening dan khusyuk saat jam menunjukkan pukul 00.00. Selain itu, malam renungan Siwaratri juga diisi dharma wacana dari tokoh Hindu. Umat Hindu pun sangat antusias mengikuti. Tak hanya dijadikan tempat persembahyangan, areal pura di bagian madya mandala juga menjadi tempat belajar bagi muda-mudi untuk berbagi ilmu tentang agama Hindu. Mereka datang dari desa-desa di wilayah Kecamatan Purwoharjo. “Pura ini juga menjadi tempat belajar bagi adik-adik siswa-siswi Hindu, baik untuk belajar tentang keagamaan, kami sangat terbantu karena menjadi tempat berinteraksi dan mempelajari nilai-nilai Hindu,” tutupnya. Dikutip dari Laman Jawa Pos Group Bali Express. #hindujawa #kampunghindu #kampungbali #desabali #hindudijawa #perkampunganhindudijawa #perkampunganhindujawa #puragiripurwawaseso