Скачать с ютуб MAKAN BACANG PAK HAJI KELUAR KHODAM ❗❗❗SEJARAH MAKANAN DARI CHINA в хорошем качестве

MAKAN BACANG PAK HAJI KELUAR KHODAM ❗❗❗SEJARAH MAKANAN DARI CHINA

Setiap tahun pada tanggal 5 bulan kelima kalender lunar Tiongkok, seluruh negeri merayakan Festival Duanwu, atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat sebagai Hari Bacang. Festival ini adalah waktu yang penuh warna, di mana masyarakat Tiongkok berkumpul untuk merayakan tradisi kuno dan menikmati hidangan yang sarat makna—bacang. Bacang, atau zongzi, adalah sajian khas yang menghidupkan kembali sebuah kisah heroik dari masa lalu. Terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu atau daun sukun, bacang tidak hanya menggugah selera tetapi juga sarat akan simbolisme. Di dalamnya, berbagai isian seperti daging, kacang, jamur, dan telur asin memberikan rasa yang beragam dan kompleks, mencerminkan keragaman dan kekayaan kuliner Tiongkok. Kisah di balik bacang bermula dari zaman kerajaan kuno Tiongkok dan terkait erat dengan Qu Yuan, seorang penyair dan pejabat yang sangat dihormati dari negara Chu. Qu Yuan, yang dikenal karena integritas dan kesetiaannya terhadap negara, mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang korup. Dalam upaya untuk menjaga tubuhnya dari ikan dan makhluk air, penduduk setempat melemparkan bacang ke sungai—sebuah ritual yang kini dikenal sebagai bagian integral dari Festival Duanwu. Pada Hari Bacang, setiap keluarga di Tiongkok mempersiapkan bacang dengan penuh perhatian dan cinta, menghidupkan kembali tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Setiap gulungan bacang yang dikukus dengan hati-hati tidak hanya merupakan hidangan lezat, tetapi juga simbol penghormatan dan memori kolektif yang telah bertahan selama ribuan tahun. Jadi, ketika Anda menyantap bacang pada Festival Duanwu, ingatlah bahwa Anda tidak hanya menikmati sebuah makanan, tetapi juga merayakan sebuah warisan budaya yang mendalam dan penuh makna. Bacang adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, mengingatkan kita akan kekuatan tradisi dan cerita yang membentuk identitas budaya kita.