У нас вы можете посмотреть бесплатно Pagi Yang Istimewa - Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 181 PAGI YANG ISTIMEWA Pagi hari, tatkala udara masih terasa dingin, menggoda seseorang untuk tetap berdiam di atas ranjang, meski adzan Subuh sudah berkumandang. Atau usai mengerjakan shalat Subuh, seolah betapa nikmat melanjutkan tidur atau bermalas-malasan. Padahal itu bukanlah kebiasaan yang baik. Orang-orang yang dikenal ‘menggemari’ kasur, hanyalah para bayi dan orang-orang sakit, serta para pengangguran. Untuk kelompok pertama dan kedua, tidur mereka lantaran karena kondisi. Sementara untuk golongan ketiga, karena tuntutan ‘profesi’ yang dampaknya memupuk kemalasan. Namun adakalanya, ada orang yang tidak termasuk dalam tiga golongan di atas, tapi menggandrungi ranjang sehabis shalat Subuh. Bahkan seolah-olah menjadi kurikulum tetap yang tidak bisa diganggu-gugat. Padahal pagi adalah waktu yang paling indah dalam sepanjang hari. Sebab itu adalah waktu istimewa yang diberkahi Allah ta’ala. Makanya para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menghargai waktu tersebut. Abu Wa’il bercerita, “Suatu pagi kami berkunjung ke rumah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu sesudah Shubuh. Setelah mengucapkan salam, kami dipersilahkan masuk. Namun kami berhenti sejenak di depan pintu. Hingga pembantunya keluar sembari berkata, “Silakan masuk”. Kamipun masuk. Ternyata saat itu Ibnu Mas’ud sedang duduk berzikir. Beliau bertanya, “Mengapa kalian tadi tidak segera masuk? Padahal sudah kuizinkan masuk”. Kami menjawab, “Kami pikir barangkali ada sebagian anggota keluargamu sedang tidur”. Beliau berkata, “Apakah kalian pikir keluargaku pemalas?” Kemudian beliau melanjutkan dzikirnya hingga matahari terbit. Selesai berdzikir beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan pada kita kesempatan hidup di hari ini dan tidak membinasakan kita akibat dosa-dosa kita”. HR. Muslim. Kisah ini menunjukkan betapa para salaf sangat menghargai waktu pagi dan bersemangat guna mengoptimalkannya dalam kebaikan. Sehingga dampaknya sepanjang hari mereka dipenuhi produktifitas. Pagi hari laksana masa muda yang penuh dengan vitalitas, dan sore hari ibarat masa tua. Barangsiapa yang terbiasa melakukan suatu aktivitas pada masa mudanya, niscaya ia akan terbiasa mengerjakannya hingga masa tuanya. Demikianlah, aktifitas seseorang pada pagi hari akan mempengaruhi semangat kerja sepanjang harinya. Jika ia memulai dengan semangat, maka akan menyelesaikan harinya dengan penuh kesemangatan. Sebaliknya jika mengawalinya dengan kemalasan, maka itulah yang akan dominan di sepanjang harinya. Barangsiapa mampu mengendalikan awal harinya; niscaya seluruh harinya akan terkendali dengan baik, seizin Allah. Maka jangan heran bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan kita, "اللهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا" “Ya Allah berkahilah untuk ummatku di waktu paginya”.¬ HR. Ahmad dari Shakhr al-Ghamidiy radhiyallahu ‘anhu dan dinilai hasan oleh Tirmidziy. Tidak pantas bagi kita untuk menyia-nyiakan keberkahan waktu tersebut dengan tidur atau bermain gadget atau hal-hal tak bermanfaat lainnya. Apapun aktivitas kita; belajar, mengajar, berdagang, bertani, mengantor atau mengurusi rumah tangga, jika semua itu diawali dengan meraih keberkahan pagi hari, niscaya seluruh aktivitas tersebut akan sukses insyaAllah. Dinukil dalam kitab Zâd al-Ma’âd, bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah mendapati salah satu anaknya tidur di pagi hari. Maka beliaupun segera membangunkannya seraya berkata, “Bangun! Tidak pantas engkau tidur di saat rizki sedang dibagi-bagikan oleh Allah”. Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 14 Jumada Tsaniyah 1443 / 17 Januari 2022 Diringkas oleh Abdullah Zaen dari “Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr” karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr al-‘Abbad (III/45-48) dan Pagi Hari: Antara Tidur dan Dzikir, makalah ditulis Ust. Ashim Musthofa, sebagaimana dalam almanhaj.or.id