Скачать с ютуб DARI MAROKO CUKUP JALAN KAKI MENUJU CEUTA - SPANYOL (EROPA) в хорошем качестве

DARI MAROKO CUKUP JALAN KAKI MENUJU CEUTA - SPANYOL (EROPA)

DARI MAROKO CUKUP JALAN KAKI MENUJU CEUTA - SPANYOL (EROPA) Sepertinya hanya dari Maroko kita bisa berjalan kaki memasuki wilayah Eropa. Yah, Maroko memang Negara yang unik, ada sejumlah pulau kecil yang secara regional menjadi bagian kawasannya namun hingga saat di kuasai oleh Spanyol. Diantaranya seperti Melilla dan Ceuta yang berada di utara Maroko berbatasan dengan selat Gibraltar. Ada sejarah panjang yang melatarbelakangi kedua kota tersebut menjadi bagian dari wilayah Spanyol. Pemerintah Maroko sendiri telah berusaha untuk mengambil alih kepemilikan wilayah tersebut tapi tidak membuahkan hasil. Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin mengulas sedikit mengenai perjalanan liburanan saya ketika bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha tahun lalu di kota Ceuta. Menurutku ada hal yang menarik dari Ceuta, dimana sejak runtuhnya pemerintahan Islam di Granada pada tahun 1492, akhirnya Pemerintah Otonomi Ceuta menetapkan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban sebagai hari libur resmi di kota itu, terhitung mulai tahun 2010. Hal ini yang mendorong saya untuk melihat langsung bagaimana suasana Hari Raya Idul Adha di kota Ceuta. Kota Ceuta yang menjadi bagian wilayah Spanyol maka otomatis untuk memasuki kota ini harus memiliki visa schengen. Kecuali sebagian warga Maroko yang tinggal di dekat kota tersebut itupun harus membawa semacam surat keterangan khusus untuk bisa masuk ke Ceuta. Untuk menuju ke kota Ceuta kita bisa mengambil Grand Taxi (Taxi Besar) dari kota Tangier dengan membayar 50 Dirham per orang (-+ Rp. 75.000). Satu taxi di isi untuk 6 orang, jika penumpangnya kurang dari 6 orang maka sisanya kita yang nanggung kecuali mau nunggu sampai terisi semua. Ketika sampai di pintu imigrasi seperti biasa passport kita akan di periksa. Setelah selesai baru di persilahkan masuk. Kantor imigrasi nya sangat sederhana. Ada dua lokasi pemeriksaan. Pertama bagi para pengendara baik roda dua maupun roda empat dan terakhir khusus bagi pejalan kaki. Khusus bagi warga Negara asing yang tinggal di Maroko seperti saya, passport nya tidak perlu di stempel ketika memasuki Ceuta cuma hanya di periksa saja. Baru ketika kembali masuk ke Maroko passport kita akan di stempel di imigrasi Maroko. Waktu itu saya sempet bingung dan khawatir tapi setelah saya mencoba memastikan ternyata memang demikian peraturannya. Kata petugas imigrasi di Ceuta, passport kita tidak perlu di stempel kecuali jika ingin meneruskan perjalanan ke kota lain di Spanyol seperti Tarifa, Algeciras atau kota-kota lainnya. Tidak jauh dari imigrasi ada bus kota yang tiap setengah jam datang untuk membawa penumpang menuju ke dalam kota. Harga tiketnya sangat murah sekali 0.80 Euro per orang. Bisa juga menggunakan taxi biayanya per orang 1 Euro dengan kapasitas untuk 4 orang. Jika kurang dari 4 orang sisanya kita yang menanggung. Transaksi di kota Ceuta tidak lagi menggunakan mata uang Maroko tapi menggunakan Euro. Luas Ceuta tidak seberapa, yakni hanya 18 km persegi. Jika ingin mengelilingi kota ini menggunakan kendaraan sepertinya tidak sampai satu jam sudah kembali lagi di titik awal. Saat itu saya lebih memilih jalan kaki selama liburan dua hari di sana. Pemandangan kota dan lautnya sangat indah. Menurut data 2019, populasi di Ceuta mencapai 84.829 ribu jiwa. Lebih dari separuh penduduk ini merupakan penganut agama Katolik Roma. Sementara, sisanya sekitar 48 persen adalah Muslim yang berasal dari suku Berber Maroko. Penduduk Muslim etnis Maroko yang mendiami kota tersebut memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Di samping itu, terdapat pula orang-orang Yahudi Sefardim dan Hindu dalam jumlah yang kecil di Ceuta. #Ceuta #Spanyol #Eropa